Pilihan, Memilih dan Yang Lain (Others) | Seri Kajian Filsafat Eksistensialisme rudicahyo

Kita dihadapkan dengan opsi-pilihan dalam hidup. Karena itu, kita mempunyai aktivitas yang disebut ‘menentukan’. Aktivitas ‘menentukan’ itu sendiri adalah pilihan, termasuk opsi untuk tidak menentukan. Dengan demikian, dikala kita tidak menentukan sesuatu ‘yang lailn’, maka pada ketika itulah kita membuat opsi.

Apa itu Pilihan, Memilih dan Yang Lain?

Setiap hari kita disuguhkan banyak sekali opsi, mulai dari apakah hari ini sarapan atau tidak, kalau sarapan apakah cukup dengan setangkup roti atau sepiring nasi, berangkat kerja/sekolah dengan motor atau kendaraan umum dan sebagainya. Pilihan ini menciptakan kita sadar akan keberadaan realita, baik internal maupun eksternal. Realitas eksternal berupa pilihan dan realitas internal berupa keperluan (untuk memilih).

Memilih yaitu kegiatan untuk mengambil satu hal dan tidak mengambil hal lain. Ketika dihadapkan dengan pilihan, akan ada hal yang kita ambil dan yang tidak kita ambil. Objek sadar yang hendak kita pilih inilah yang disebut dengan pilihan.

Setiap kita memilih, maka akan ada menu yang kita pilih dan yang tidak kita pilih. Untuk hal yang tidak kita pilih, kita sebut dengan ‘lainnya’. Yang lain ini mulanya punya kedudukan yang sama dengan sesuatu yang kita pilih. Namun sehabis suatu opsi dibut, kedudukan ‘yang lain’ menjadi berlainan. Perbedaan ini bukan ihwal prioritas dan bukan prioritas, tetapi ‘yang lain’ juga bisa sama pentingnya dengan hal yang kita pilih, hanya saja berkebalikan. Dengan kata lain, sesuatu ‘yang lain’ bergotong-royong adalah pilihan, ya sesuatu yang kita pilih untuk tidak diseleksi.

memilih rumit

Kita Menentukan atau Ditentukan oleh Pilihan? (foto: iStock)

Kebutuhan dan Kesadaran akan Pilihan

Kebutuhan yaitu salah satu dorongan yang menciptakan kita memilih. Namun sesungguhnya tidak hanya keperluan yang menciptakan kita menentukan. Ketersediaan objek (yang lalu kita sebut pilihan) juga memungkinkan kita untuk memilih. Tentunya dengan tetap didahului oleh kebutuhan untuk menentukan. Karena itulah adanya objek menciptakan kita sadar akan adanya opsi. Hal ini juga dapat mengaktivasi kebutuhan kita untuk menentukan. Namun bekerjsama gerakan dari objek (kandidat pilihan) ini sesungguhnya yakni gerakan semu.

Pilihan yakni objek yang disadari. Pilihan mampu seolah-olah bersifat aktif dan memberikan stimulasi kita untuk memilih. Namun bahwasanya yang aktif untuk memanipulasi objek adalah kita dengan berbagai keperluan dan kesadaran yang kita miliki. Calon opsi itu memang ada. Namun keberartian kandidat opsi untuk menjadi opsi yakni langkah-langkah aktif kita. Kita mempunyai dorongan, keperluan dan kesadaran akan kandidat pilihan. Kita mendorong diri untuk memerlukan langkah-langkah memilih.

Ketika objek yang akan dipilih tersuguhkan di depan kita, seolah kesadaran kita bersifat pasif dan reaktif. Padahal objek opsi itu kita hadirkan secara aktif atas dasar dorongan atau kebutuhan kita. Kita kemudian mengidentifikasi objek-objek tersebut selaku pilihan-pilihan. Penampakan keperluan kita dalam area kesadaran kita bergotong-royong dideterminasi oleh diri kita (bukan objek eksternal). Kitayang menyeret objek-objek tersebut dan menunjukkan identitas kepada mereka selaku pilihan-pilihan.

memilih pilihan

Kita yang Sadarlah yang Memilih (foto: psychology today)

Baca juga tulisan terkait:

Ikigami, Eksistensi Diri Menjelang Kematian

Hiperealitas Media Sosial

Menjadi yang Baik Tanpa Syarat

 

Kesadaran dan Medan Pilihan Sadar

Gagasan tentang kesadaran yang non-deterministik dan mengaktivasi objek menjadi opsi, seolah-oleh terlampau idealis. Namun memang demikianlah interaksi (jika tidak ingindisebut pertarungan) subjek-objek, antara yang menyadari dan yang disadari. Sangat mampu diterima bila insan adalah subjek yang aktif dan bisa memanipulasi objek, tergolong juga insan (subjek) lain yang masuk dalam area pilihan.

Sekarang ceritanya mulai berbeda saat yang menjadi objek opsi kita yakni subjek seperti kita. Kita akan berhadapan dengan subjek yang juga membuat pilihan-opsi. Medan opsi kita akan bersentuhan dengan medan pilihan orang lain. Kita punya energi untuk menentukan, demikian juga dengan orang lain. Hanya saja, arah pilihannya bisa sama atau berbeda.

Arah pilihan ini dapat digambarkan seperti istilah tangan yang saling menepuk atau bertepuk sebelah tangan. Hal inilah yang menjadikan situasi dari acara memilih. Situasi Pertama, ketika arah dari pilihan kita dan orang lain sama, maka kita bisa berkolaborasi atau berafiliasi. Besar kecilnya energi akan memilih jenis dan kontribusi dari subjek-subjek yang terlibat. Situasi kedua, mampu juga arahnya berlawanan. Jika arah berlawanan, maka energi dari masing-masing subjek akan bertarung. Setuasi ketiga yaitu arah yang tidak sinkron. Ini mirip bertepuk sebelah tangan. Si A mengarahkan energinya ke B, namun si B tidak mengarahkan energinya kepada si A (melainkan mengarahkan kepada yang lain). Situasi ketiga ini menimbulkan terjadinya penghematan energi alasannya adalah tidak ada saling menguatkan (suasana pertama) atau pengautan yang ditimbulkan oleh agresi-reaksi (suasana kedua).

 

kompleksitas memilih

Pilihan Kita Berinteraksi dengan Pilihan Orang Lain (foto: Savety4Sea)

Tonton juga video berikut ini:

Fenomenologi Transendental

Eksistensialisme Hidegger

Konflik Eksistensial Sartre

Hakikat Cinta dan Kehendak

Keberadaan ‘Yang Lain’ sebagai Background bagi Figur Pilihan

Sesuatu yang tidak kita pilih bukan berarti mereka menghilang. Sesuatu yang tidak kita pilih menempati posisi yang berganti dalam kesadaran kita. Mereka tetap hadir mengiringi objek yang kita pilih. Justru keberadaan ‘yang lain’ menciptakan pilihan kita menjadi menguat dalam kesadaran.

‘Yang lain’ masih memiliki kekuatan yang sama, namun tidak secara kasatmata. Posisi ‘lainnya’ mundur menjadi background yang tetap punya energi memiliki peluang. Suatu waktu ‘yang lain’ tetap mampu menawarkan diri sebagai pilihan. ‘Yang lain’ ini terus membayang-bayangi kesadaran kita dan terus menawarkan diri. Jika posisi figur pilihan menjadi goyah, maka kesadaran kita akan terpengaruh oleh ‘lainnya’. Pada saat itulah ‘yang lain’ menguat menjadi alternatif pilihan-pilihan.

Namun dikala objek yang kita pilih semakin menguat, maka ‘yang lain’ akan tetap menempati posisinya selaku background. Ketika pilihan kita dan background-nya bersifat harmonis, maka posisi tersebut bisa menjadi menetap atau kokoh. Dengan kata lain, ‘yang lain’ tidak menjadi pesaing bagi opsi. ‘Yang lain’ justru semakin menguatkan pilihan.

Misalnya ketika Andi memilih kuliah jurusan Psikologi (opsi pertama) dibandingkan manajemen (pilihan kedua), maka Andi membuat opsi untuk kuliah di jurusan Psikologi. Namun ketika Andi merasa bahwa Psikologi kurang berarti, maka manajemen pribadi menggantikan sebagai objek pilihan. Ini berbeda jikalau Andi merasa bahwa ilmu psikologi yang nantinya dia pelajari dapat menjadi pondasi untuk beliau mencar ilmu administrasi sumber daya insan atau personalia. Maka keduanya akan tetap menempati posisinya dalam figur opsi (psikologi) dan background (manajemen).

making choice

Pada Akhirnya Kita Memilih dan Terus Memilih (foto: OpenView)

Demikian kajian Filsafar Eksistensialisme rudicahyo kali ini. Jika ada usulan atau persepsi yang berlainan, silahkan tuliskan di kolom komentar ya..